Kita andaikan saja, dua orang anak, masih usia tujuh dan sembilan tahun, ayah-ibu mereka pergi karena kecelakaan yang tidak diinginkan, yatim piatulah dua anak ini. Si sulung memegang lengan orang dewasa di dekatnya, bertanya sambil menangis: "Akan seperti apakah masa depan kami? Apakah kami hanya akan berdua setelah ditinggal orang tua?" Si kecil juga ikut bertanya, "Apakah kami akan bahagia?"
Que sera sera, whatever will be, will be. Aduhai, anak2ku, masa depan bukan untuk dilihat. Maka, apapun yang terjadi, akan terjadi. Lewatilah hari demi hari dengan sisa kenangan indah, maka semoga datanglah rasa bahagia. What will be, will be.
Kita umpamakan saja, satu anak perempuan, cantik rupawan, panjang rambutnya, tapi penyakit menggerogoti tubuhnya, hingga dia hanya bisa duduk di kursi dorong. Tidak bisa berjalan, tidak bisa berdiri, lumpuh. Si kecil yang cantik memegang lengan orang dewasa di dekatnya, bertanya lirih, "Akan seperti apakah masa depanku? Apakah aku bisa punya teman dengan kursi dorong ini? Apakah aku bisa bermain? Apakah mereka mau berteman denganku? Apakah aku akan bahagia?"
Que sera sera, whatever will be, will be. Wahai, anak2ku, masa depan sungguh bukan milik kita, karena kita tidak pernah bisa mengintipnya. Tidak bisa. Maka apapun yang terjadi, terjadilah. Lewatilah hari demi hari dengan mimpi, dengan cita-cita, maka semoga datanglah rasa bahagia yang mengalahkan keterbatasan kursi roda. What will be, will be.
Kita ibaratkan, satu anak laki-laki, tampan parasnya, gagah tubuhnya, tapi sebuah peristiwa menyedihkan terjadi, wajahnya tersiram air keras, mengelupas, membuatnya terlihat amat berbeda--untuk tidak bilang menakutkan. Si tampan yang gagah itu memegang tangan, bertanya, "Akan seperti apakah masa depanku? Apakah aku akan kembali rupawan? Kembali sehat? Apakah teman2ku akan mau menatap wajahku? Tidak lari? Apakah aku akan bahagia?"
Que sera sera, whatever will be, will be. Wahai anak2ku, masa depan bukan untuk dilihat, kita tidak bisa menebak-nebaknya. Maka apapun yang terjadi, terjadilah. Lewatilah hari demi hari dengan kepercayaan, dengan keyakinan, maka semoga datanglah rasa bahagia itu. What will be, will be.
Selain perumpamaan memilukan tersebut, ketahuilah, di luar sana berjuta anak-anak di dunia ini yang juga berkutat dengan pertanyaan masa depan mereka. Jutaan anak2 menderita busung lapar, kurus kering. Tidak makan berhari2. Jutaan anak2 tidak sekolah, buta huruf, tida berpendidikan. Jutaan anak2 hidup dengan desing peluru peperangan, pertikaian. Jutaan anak2 terlantar, miskin, fakir, papa, tidak ada yang peduli. Aduhai, jutaan jumlah mereka, bukalah data2 yang ada, laporan2 paling mutakhir. Kita juga tidak bisa mengabaikan jutaan anak2 yang terjebak pergaulan bebas, penyalahgunaan obat.
Jika jutaan anak2 itu memegang tangan kita, lantas bertanya, "Akan seperti apakah masa depan kami? Apakah kami akan bahagia?" Maka, sungguh saya tidak tahu jawabannya.
Que sera sera, whatever will be, will be. Hidup ini penuh misteri, Tuhan bekerja dengan cara yang menakjubkan. Kita tidak pernah bisa mengintip masa depan. Tidak akan. Tapi kita bisa selalu meyakininya, kita bisa selalu mempercayainya. Maka apa yang akan terjadi, terjadilah. What will be, will be. Lakukan yang terbaik, teruslah bermimpi, maka yang baik akan datang kepada kita.
Sementara itu, bagi kita yang hidup berkecukupan, hidup penuh kasih sayang orang tua. Punya makanan untuk dimakan, punya pakaian untuk dipakai. Punya kendaraan, fasilitas, akses, bersyukurlah selalu. Buat kita semua yang hidup tanpa desing peluru di sekitar, tidak harus berjalan belasan kilometer demi mengambil air bersih, bisa buang air besar dengan nyaman di toilet, bisa santai, menikmati kehidupan. Sungguh Tuhan amat menyayangi kita.
**saya tulis dengan menggunakan lagu "que sera sera" sbg pendekatan gaya bahasa
http://www.facebook.com/notes/darwis-tere-liye/apapun-yang-akan-terjadi-terjadilah/542244335826139
Tidak ada komentar:
Posting Komentar