Selasa, 26 Februari 2013

Catatan NAI tentang Cinta......



Jika kita tela’ah dengan seksama, dalam semesta fana ini terselip ribuan keajaiban, tertata dengan details rapi, dari peristiwa di subuh hari hingga bongkahan fajar menjadi saksi hari berikutnya. Di permukaan planet yang terhampar, nuansa ayat-ayat menaburkan jutaan inspirasi bagi manusia yang berfikir untuk tunduk dan terus merunduk bertasbih, berserta semesta raya memuji dan mengagungkan-Nya.

Dentaman ayat-ayat itu hanya diperlihatkan kepada mereka yang sering terdiam dalam tafaqur memanjakan matanya dalam sujud, mendekatkan dirinya, menajamkan hatinya yang terus melembut, mengiringi jiwa yang senantiasa bersenandung bergetaran takut dan tunduk kepada raja alam semesta, pemilik rahasia alam ruh, alam rahim, pengusa langit dan bumi, penguasa hari mahsyar, dan raja diraja di hari akhirat yang kekal Rabbul Izzati Allah SWT.

Waktu yang tak letih berdetak, matahari yang tak pernah enggan bersinar, bulan dan bintang yang tak pernah mengantuk, angin yang tak lelah memangku awan-awan baik hitam atau putih, air yang tak pernah mengeluh atau rumput-rumput penyabar.. dan pucuk-pucuk yang mengintip diranting pepohonan, setia menanti musim berganti hingga semi menebar bunga-bunga.

Penghuni langit yang tak pernah membangkang, ulat yang berdzikir, semut yang bertasbih dan semesta alam yang tunduk atas ketetapan masing-masing. Mereka tidak berkata-kata tapi terus memuji dan tunduk terhadap pencipta-Nya. Semua keindahan dunia fana ini terhimpun dalam satuan waktu yang mengagumkan. Cinta, kebahagiaan dan berbagai bahasa dalam nuansa-nuansa diterbarkan sebagai Rahmat-Nya yang memenuhi setiap lintasan peristiwa peristiwa-peristiwa.

Kebahagian mulai ditebarkan kepada setiap jiwa yang mampu terbangun di subuh hari, menikmati secangkir pagi lalu berlomba-lomba menelusuri siang hingga malam menyelimuti dan kemudian terlelap lagi menunda harapan.

Kita memang tidak akan pernah bisa menggenggam dunia dengan segala usaha kita, kita tidak akan pernah bisa meraih bulan kepangkuan, namun kita bisa cukup berbahagia di bawah naungan cahanya. Dunia ini telah Allah SWT hamparkan dengan begitu luasnya. Dihiasi detakan waktu yang tak pernah berhenti mengitari, ada begitu banyak hal mengagumkan disetiap penciptaan-Nya. Dari hal-hal besar hingga detail-detail kecilnya.

Hal tersebut tentu diciptakan bukan tanpa tujuan, semua terbingkai rapi dalam tirai Hikmah-Nya. Semakin banyak keagungan yang kita lihat dan rasakan, semakin tertanam kekaguman dan kecintaan kita terhadap pencipta-Nya.

"Semakin banyak kita mengenali kebaikan seseorang yang kita cintai, semakin dekat hati kita kepadanya. Namun kemudian, semakin dekat kita kepadanya, semakin rentan kita mengetahui kekurangannya. Lalu tiba-tiba saja, bulir-bulir kekecewaan tumbuh seiring keburukan demi keburukan yang kita ketahui darinya".

Begitulah cinta yang biasa, karena manusia memang tidak sempurna. Berbeda jauh saat kita mencoba mengenal Allah yang Maha Sempurna. Semakin banyak hal yang kita ketahui tentang-Nya, semakin tertanam rasa cinta, kedekatan itu akan membuat kita semakin dekat, tak ada noda hitam yang mungkin mengotorinya. Karena di sana tak akan pernah ada keburukan, dialah Dzat Yang Maha Suci.

Ilmulah yang kemudian akan membukakan mata hati, menuntunnya untuk melihat keMaha luasan Ilmu Dzat Sang Maha Ilmu. Hingga ruh itu mendekat dan semakin mendekat lagi. Semakin banyak hal yang kita ketahui tentang Ilmu-Ilmu-Nya, semakin kita tersadar bahwa ternyata masih bayak, begitu banyak hal yang belum kita ketahui.

Namun jangan terburu berkata cinta, mungkin itu dusta saja. Kenali saja dahulu hingga kejujuran membuktikannya, karena cinta memang tak sekedar hanya kata. Makna cinta lebih tinggi dari dari berbagai deskripsi-deskripsi, ia merupakan inti dari kesempurnaan hagia hati seorang hamba yang luas tanpa batas.

Cinta adalah bahasa, peristiwa hadirnya satu getaran di antara tebing harap dan ketakutan. Ketakutan akan kehilangan dan harapan untuk selalu dalam hangatnya kebersamaan, disana disebuah lembah bernama mahabah.

Adalah dusta saja, berkata cinta namun tidak mengerti apa-apa tentang yang ia cintai. Cinta hanya akan terlahir dari pengenalan dan pemahaman, sebuah kejujuran bahwa ia memang butuh. Sangat butuh dan teramat butuh. Cinta itu tidak pernah memaksa untuk taat, namun perasaan butuh itulah yang kemudian melahirkan ketaatan dan kepatuhan. 

Pada dasarnya semua manusia itu butuh dekat dengan rabb-nya, namun tidak semua dari kita sadar dan menjaga kesadaran tersebut. Hingga munculah prasangka, kegelisahan, kesengsaraan dan kematian hati. Di sanalah selongsong tubuh itu berjalan sesuka hatinya. Jiwanya disibukan dengan hal-hal sedehana yang kemudian membelit betisnya, bermadzhab kebebasan dan memuja di lembah hina bernama dunia.

Adalah dusta saja jika berkata cinta namun rasa takut itu tidak pernah hadir. Cinta akan membawa sang pencinta ridha kepada yang dicintainya.
                                               
“Cinta Sejati adalah cinta yang senantiasa bersahutan, berderu-deru dalam gemuruh ombak, beriak di gelisah lautan, diam dalam ketenangan ikan-ikan, indah dalam kesedihan, nikmat dalam kekecewaan dan tidak mati dengan kematian. Cinta yang akan tetap indah, meski terbagi miliyaran angka tak terbatas semesta.. Itulah Cinta yang terlahir dari kemilau cahaya Mahabbatullah, kenikmatan yang hanya ada dalam istana hati yang megah dan kokoh bersama pilar-pilar Iman”

Cinta itu datang merasuk dijiwa seorang hamba karena ia butuh, dan kebutuhan kemudian akan membuatnya patuh. semakin butuh semakin patuh.. semakin cinta semakin tergantung semakin mesra semakin takut semakin dekat semakin tenang semakin bebas dari penjara dunia.

Disanalah seorang hamba bahagia, bahagia dalam istana ketenangan yang dibuatkan Rabb yang maha indah. Disanalah seorang hamba mampu tersenyum saat ribuan panah mengarah mencoba melukai jasadnya. Tubuhnya bisa terluka, tapi tidak hatinya, manusia boleh mencuri hartanya, kekayaan intelektualitasnya, atau bahkan merugikan perniagaannya. Namun cahaya dihatinya akan terus menebarkan bunga-bunga kebahagiaan yang menyala disetiap sel dalam tubuhnya, disetiap pembuluh darahnya yang sejuk dan disetiap aktifitas denyut nadinya!

Ia bahagia, karena pengetahuan didadanya telah kokoh bahwasannya, perniagaan antara dia dan tuhannya tidak akan pernah mengenal rugi.

"Ketahuilah bahwa keletihan dan kelelahan itu akan tetap indah jika niat dihati telah diperindah mahabah jauuuh sebelum bahasa untung dan rugi duniawiyyah diperhitungkan".

Perniagaan dengan Allah itu tidak mengenal rugi, karena tidak mungkin Tuhan yang maha kaya diatas segalanya ingin merugikan seorang hamba lemah yang hanya berharap dan takut kepada-Nya.

Keindahan demi keindahan yang menaburi hati kita disetiap pencapaian adalah bunga dari Al Haayaaati Dunia yang memang megah dan mempesonakan. Namun keindahan demi keindahan yang terselip cantik diantara kekecewaan dan kegagalan disetiap fase kehidupan adalah anugerah. Kesabaran adalah rejeki ruhani yang akan kita temui disuatu hari yang kekal nanti.

Sementara kesedihan, kekecewaan, luka dan berbagai peristiwa yang membuat hati kita runtuh dan terjatuh adalah cerminan kadar cinta kita kepada dunia yang berlebih. Dimana kita lebih sakit dan kecewa ketika kehilangan kehilangan dunia yang suram fatamorgana ketimbang kehilangan akhirat yang abadi.

Seandainya kita tahu bahwa bunga digenggaman itu akan layu, maka kita tidak akan pernah memetiknya. Namun kebanyakan dari kita ingin segera menghisap harumnya dan mengabaikan kesedihan tangkai yang menyangganya, kesedihan daun daun rimbun yang mempercantik dan melindunginya dari sengatan matahari. Kesedihan putik-putik yang berharap akan menjadi buah dan menebar bunga-bunga lain dikemudian hari.

Kita sering tergesa, buru-buru menuduh dan menyalahkan orang lain atas ujian yang menimpa diri kita. Padahal semua manusia sedang di uji, baik sadar atau tidak. Bersyukurlah saudaraku, jika saat ini engkau sadar bahwa Allah yang Maha Gagah sedang menyapamu dengan ujian! Hingga engkau bisa berlama-lama, bermanjaan dan berdekatan dengan-Nya.

Cinta itu Butuh, Lalu Patuh.

Lihat dalam-dalam dengan hatimu, wajah orang yang paling kita cintai saat ini. Jika dia telah tiada maka coba ingat-ingat kenapa dulu kita mencintainya. Dalam beberapa menit saja kita akan menemui jawabannya, benar kita mencintainya karena dia telah menggantikan banyak hal yang tidak bisa kita lakukan, atau dengan kata lain dia banyak memberi hal yang kita butuhkan.

Kita sangat menyadari bahwa dia adalah si pemberi 'kebutuhan' hingga kita begitu bergantung kepadanya. kita merindukan kehadirannya dan merasa berat untuk ditinggalkan, bahkan kita mengenangnya saat dia tidak bersama kita. Jadi, kesadaran itulah yang membuat kita cinta kepadanya.  baik, sekarang saya bertanya; kenapa kita sangat mencintai dan terikat kepada dunia ini padahal kita akan segera meninggalkannya dalam beberapa puluh tahun kedepan?

Jawabannya mudah, namun sebenarnya bukan jawaban itu yang menjadi inti renungan yang ingin saya ketengahkan malam ini.

Mari kita sejenak ajak jiwa kita kembali kemasa lalu, saat kita masih sering tertawa daripada merenungi masalah-masalah. saat kita masih bebas dan tidak terikat banyak belenggu yang menjerat kaki kita. saat itu kita mencintai ayah atau ibu kita, bahkan hingga saat ini ada yang masih menjaga cinta itu. Kemudian ketika kita beranjak remaja, cinta itu mulai berpindah, kita lebih mencintai seseorang yang mengerti perasaan kita. kita lebih mencintai seseorang yang benar-benar menjawab cinta kita.

Kenapa? Karena saat itu kita mulai memiliki 'kebutuhan' yang tidak bisa dipenuhi orang tua kita. yaitu syahwat. Jadi kita lebih mencintai 'pacar' atau seseorang yang kita 'kagumi', meskipun hal itu salah. Ketika kita beranjak dewasa, kita hampir benar-benar melupakan cinta kita kepada orang tua yang melahirkan kita, kenapa?

Karena kita menemukan kebutuhan yang mencekik kita, istri, anak dan banyak obsesi yang tidak bisa dipenuhi oleh orang tua kita. dan memang, tugas orang tua kita disana selesai. Kita telah bebas menentukan pilihan.

Cinta kepada orang tua dulu muncul karena mereka selalu memenuhi kebutuhan kita, namun ketika mereka tidak lagi memenuhi kebutuhan mereka dan kita tidak bergantung kepada mereka kemudian hati kita berpaling. ini tentu dirasakan kebanyakan orang, dan saya sangat yakin. Padahal tanpa orang tua, kita tidak akan ada. Pertanyaannya adalah, siapakah yang menciptakan orang tua dari orang tua kita dari orang tuanya lagi?

Siapakah yang memenuhi, menjaga dan menghidupkan orang tua dari orang tua kita dari orang tuanya lagi?

Jawabannya adalah Allah. Lalu kenapa kita tidak mencintai Allah dalam hati kita? Karena kita tidak menyadari bahwa Allah lah yang memenuhi kebutuhan kita.
Apakah benar demikian? Tidak perlu banyak energi untuk menjawabnya, baik itu menolak atau menerimanya. Ada saatnya kita jatuh sejatuh-jatuhnya, saat itu tak ada satu mata pun memandang kita haru. kita sangat sendiri dan banyak tamu yang berdatangan ke hati kita dan kita tidka bisa menolaknya; sedih, takut, putus asa bahkan kadang benci dengan kehidupan ini.

Benci kepada kehidupan ini artinya benci kepada penciptanya. Padahal Allah azza wa jalla menatapi semua mahluk ciptaan-Nya dengan senyum kerahmatan. Namun kita bahkan lupa, bahwa diatas sana masih ada satu senyum?

Sampai kepada kesimpulan pertama bahwa kita mengakui, bahwa kita tidak mencintai Allah saat kita mengeluhkan sesuatu tentang kehidupan ini. Kenapa? Karena kita tidak menyadari bahwa Allah telah memberi banyak hal untuk kita, padahal Allah lah penyebab kita masih hidup hingga saat ini untuk merasakan manisnya Iman dan lezatnya Islam.

...
Draft Buku "RehabHati Qurani" - NAI 2013
Merasakan sensasi kesembuhan menakjubkan dimulai dari hati, A spiritual Journey, sebuah tehnik, solusi dan technology ilahiyyah untuk mengakses cahaya cinta dari langit dalam satu paket ikhtiar pembebasan hati dari berbagai belenggu sihir negatif & kegelisahan dengan metoda Quranic Healing yang Mutakhir dan Syar’iyyah

Nuruddin Al Indunissy
www.nai-foundation.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar