*Jodoh terbaik
Ada seorang atlet
dunia yang mengagumkan. Saat ditanya, apa rahasia terbesarnya hingga dia
berkali-kali memecahkan rekor dunia? Jawabannya pendek: saya bertanding
melawan diri sendiri, saya berusaha terus menerus mengalahkan diri
sendiri. Ini sesungguhnya jawaban yang super, menjelaskan banyak hal.
Tapi bagaimana bisa dia jadi juara dunia jika dia hanya sibuk melawan
dirinya sendir
i? Bukankah dia harus
peduli dengan catatan waktu pesaingnya? Bagaimana pesaingnya berlatih?
Kemajuan pesaingnya. Tidak, dia tidak peduli. Baginya, setiap hari
menjadi lebih baik, setiap hari memperbaiki rekor sendiri, jauh lebih
penting dibanding memikirkan orang lain. Maka itulah yang terjadi, resep
ini berhasil, berkali-kali dunia menyaksikan atlet hebat ini memecahkan
rekor dunia, rekor yang tercatat atas nama dirinya sendiri. Jika dia
hanya sibuk memikirkan orang lain, boleh jadi dia hanya berhasil
memecahkan rekor itu sekali, lantas berpuas diri, merasa cukup. Game
over.
Logika memperbaiki diri sendiri dan terus melakukan yang
terbaik ini sangat efektif dalam banyak hal. Sekolah misalnya. Kita
tidak perlu peduli kita ranking berapa, kita lulusan terbaik atau bukan,
sekolah terbaik atau bukan, pokoknya belajar yang terbaik, maka lihat
saja besok lusa, ternyata semua hal datang dengan sendirinya, termasuk
ranking dan kesempatan melanjutkan di tempat lebih baik. Juga pekerjaan.
Kita tidak perlu peduli siapa pesaing di sekitar, siapa yang akan
menyalip dsbgnya, posisi dsbgnya, pokoknya bekerjalah yang terbaik,
memperbaiki diri sendiri secara terus menerus. Maka, lihat saja besok
lusa, semua pintu2 kesempatan akan terbuka dengan sendirinya.
Nah, termasuk mencari jodoh. Rumus ini juga berlaku sama sederhananya.
Teruslah memperbaiki diri, maka besok lusa, jodoh terbaik akan datang.
Banyak orang yang berpikir sebaliknya, sibuk pacaran, sibuk cari2
perhatian, sibuk jatuh hati, sibuk 'mencari jodoh'--di usia dini sekali.
Itu benar, kita boleh jadi segera mendapatkan yang diinginkan tersebut,
tapi hanya sebatas itulah definisi jodoh terbaik yang kita dapatkan.
Berbeda jika dengan sibuk memperbaiki diri. Terus sekolah dengan baik
misalnya, belajar apa saja. Termasuk belajar ilmu agama, semakin
bermanfaat bagi sekitar, mencemerlangkan akhlak, maka jalinan
silaturahmi akan semakin luas, membuat kesempatan bertemu dengan jodoh
terbaik lebih lebar. Dengan terus memperbaiki diri, kita bisa mengenal
banyak orang, paham banyak karakter, memiliki prinsip2 yang baik, dan
itu lagi-lagi membuka lebih lebar kesempatan bertemu dengan jodoh
terbaik.
Bayangkan saja seseorang yang hanya tinggal di sebuah
kampung, sibuk pacaran di kampung itu saja, menikah. Selesai. Itulah
ruang lingkup jodoh terbaiknya. Sebaliknya seorang remaja puteri, yg
memilih terus belajar memperbaiki diri sendiri, bodo amat teman2nya
sudah pacaran, dengan terus belajar dia bisa membuka pintu sekolah di
kota lain, bertemu dengan banyak orang, dengan belajar agama dia
memiliki prinsip2 hidup yg baik, bisa memilih teman bergaul yang baik,
hingga akhirnya bertemu dengan jodoh terbaiknya. Dia berhasil
meningkatkan berkali-kali lipat kesempatan jodoh terbaiknya. Bukan cuma
si cowok paling ganteng di kampung tersebut--yang ditaksir gadis
sekampung.
Nah, apakah dengan terus memperbaiki diri menjamin
mendapatkan jodoh terbaik? Tidak. Memang tidak. Tapi rasa-rasanya, jika
proses terus memperbaiki diri itu dilakukan dengan baik, kalian akan
berbahagia dengan apapun situasi yang akan dihadapi. Jadi kalaupun dia
gagal memberikan jodoh tampan macam anggota boyband korea, atau baik
hati pol macam poh si kungfu panda, dia sukses memberikan sesuatu:
pemahaman yg baik, bekal hidup yang baik. Dan kalian siap dengan takdir
apapun dari Tuhan.