Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalaamu’alaykum warahmatullaahi wabarakaatuh.
Ukhtiy.. Dalam perjalanan hidup ini.. Selalu ada masa rapuh, gagal, sedih, dan putus asa.. Masa itu..
Ialah
ketika rasanya badan telah remuk dalam juang. Hati telah tersayat-sayat
dalam sabar. Kepala berdenyut dalam lelah. Seluruh daging terasa pegal
dalam keletihan. Keringat telah mengering sebelum sempat tangan menyapu.
Bahkan mungkin, air mata telah tersihir menjadi sungai..
Itulah cerita bagi kita, yang kadang lelah berjuang, dalam mempertahankan semangat dan keyakinan.
“Iman terbagi dua, separuh dalam sabar dan separuh dalam syukur.” (HR. Baihaqi)
Saudaraku, memang kadang cerita kita tak sama dengan mereka yang terlihat lebih beruntung dari kita. Mungkin terasa, cerita
sedih selalu menyempatkan diri mampir di kehidupan kita. Entah dengan
cara yang tak biasa, atau tiba-tiba saja datang tanpa peringatan. Entah
berupa tak ada uang, tak ada teman, tak ada keberhasilan, atau sekadar
tak ada alasan untuk tersenyum.
Kadang,
kita merasa apa yang kita perjuangkan tak kunjung menampakkan wujud.
Apa-apa yang kita lakukan sia-sia saja. Rasa itu kadang muncul, entah
dalam bentuk kegagalan (keberhasilan yang belum tampak), ketidakhirauan
khalayak, cemoohan mulut manusia lain, atau mungkin hinaan. Atau fitnah.
Terlebih-lebih..
Ketika kita telah berusaha sekuat tenaga melakukan yang terbaik, mata
kanan manusia lain selalu saja tertutup untuk menilainya dengan baik
pula. Walau kita tahu, tidak ada alasan untuk berhenti berniat dan
berbuat baik, walau dunia tidak berpihak. Tapi mungkin, rasa lelah dan
bosan itu selalu punya cara merasuki hati dan pikiran kita.
Kadang,
kita merasa tiada teman untuk berbagi. Tiada teman yang mengerti apa
yang kita rasa. Tiada teman untuk sekadar dipinjam pundaknya. Semua
masalah dan pikiran seakan-akan mengelindan jadi satu di kerangka kepala
dan rongga dada kita. Sendirian kita menanggungnya..
Lalu, bersedih adalah cara terwajar yang kita lakukan dalam menghadapi semua alasan untuk mengatakan, “Ah.. Aku lelah..”.
Saudaraku
yang baik, selalu ada ALLAH Yang Mahabijak. Selalu ada ALLAH. Insya
ALLAH. ALLAH Maha Penyayang, dan cara ALLAH menyayangi berbeda dengan
cara manusia. Dari jumlah yang tak terbilang, setiap hamba-Nya ini
disayangi-Nya dengan cara-Nya. Khusus. Eksklusif. Dan kadang
menghadirkan kejutan yang tak pernah mampu kita nyana.
Dan jika ALLAH Mencintai, semuanya terasa indah, bersama-Nya..
Begitu
pula dengan yang hendak ana sampaikan. Mungkin, rasa lelah yang kerap
datang menghampiri sela perjuangan ini adalah bentuk kasih sayang ALLAH
pada kita. Mungkin, rasa rapuh menghadapi kegagalan adalah bentuk kasih
sayang ALLAH pada kita. Dan mungkin, rasa sedih karena merasa sendiri
juga bentuk kasih sayang ALLAH pada kita. Bentuk itu dianggaikan dalam
lima huruf paling tulus; rindu..
ALLAH
rindu kita menyebut nama-Nya ketika lelah, rapuh dan sedih datang
bertandang. ALLAH rindu wangi hamparan sajadah malam kita ketika napas
terasa berat dan sesak. ALLAH rindu, pada kerinduan kita pada-Nya ketika
cerita hidup macam tak berpihak pada kita..
“Pergilah pada hambaku lalu timpakanlah berbagai ujian padanya karena Aku ingin mendengar rintihannya.” (HR Thabrani dari Abu Umamah)
Begitulah, Saudaraku.. Cara ALLAH menyayangi kita. Rintihan perih dalam sedih, bisa jadi bentuk cinta yang nyata dari-Nya. Bentuk kerinduan. Bentuk kasih sayang Yang Maha Penyayang..
Mungkin
baik kita perhatikan sejenak sekitar kita. Mungkin ada, yang sepertinya
tak perlu berusaha banyak untuk dapat meraih sebuah kata sukses.
Mungkin ada, apa-apanya dia punya, tinggal kedip mata. Mungkin ada, yang
sangat mudah mendapatkan apa yang hampir tak mungkin kita dapatkan.
Sedih? Mungkin..
Tapi
mungkin, ALLAH membiarkannya berbahagia di dunia? Entah itu bentuk
ujian ALLAH untuknya? Apa masih mampu ia menebalkan iman di dada ketika
semua kesenangan telah ada di depan mata? Apa ia masih ingat untuk
bersyukur dengan berbagi? Entah.. Mereka yang tahu jawabannya.
Lantas,
mungkin begitu pula cara ALLAH menjamin tiket syurga untuk kita? Dengan
ujian yang mungkin ‘terasa’ jauh lebih berat dari yang lain? Dengan
cerita yang jauh lebih perih dari yang lain? Dengan kisah, di mana
ingatan hamba selalu pada-Nya? Maka bukankah itu tandanya Ia sayang pada
kita, Saudaraku?
Bagaimana
dengan mereka yang hatinya tak pernah ALLAH ketuk barang sekali? ALLAH
biarkan mereka terlena dengan kesenangan dunia, dengan kekosongan iman
di dadanya. ALLAH tak pilih mereka untuk menikmati nikmat terindah;
Islam. ALLAH pilih kita, untuk sebuah janji yang nyata dari-Nya;
syurga..
Ah..
Bolehlah ana ingatkan, diri antum dan diri ana pribadi. Mari kita
bersyukur.. Setiap tangkai kisah hidup selalu punya makna. Selalu ada
rahasia di balik cerita yang dirangkai-Nya. Maka cerita kita sekarang
adalah sebuah nyana bahwa ALLAH masih peduli, masih berkenan mengurusi
kita. Masih berkenan mengasah kesabaran, keikhlasan, kekuatan, keimanan
dan ketaqwaan kita. Masih merindu, masih menyayangi kita..
Namun mungkin, dengan cara yang berbeda..
Yuk,
mari kita bangkit. Mari kita semangat. Apapun yang terjadi jangan
pernah rasa putus asa kita biarkan bersarang di hati kita. Mari kita
haramkan air mata keputusasaan menggantikan air mata kesedihan. Mari
kita tanamkan di hati kita.. Bahwa..
“Laa tahzan.. Inallaaha ma’ana..” (Q.S. at-Taubah:40)
Semoga bermanfaat
-Safira Khansa. Senin, dini hari. 10 September 2012-
http://adekfi.wordpress.com/2012/09/10/renungan-semangat-cara-allah-menyayangi-hamba-nya/